Sabtu, 26 Februari 2011

MEMAKAI EMAS BAGI LAKI-LAKI

Assalamu'alaykum Wr. Wb.

Ramainya pembicaraan mengenai hukum memakai emas dan sutera bagi laki-laki Muslim, dimana bila kita lihat dari al-Hadis maka disebutkan mengenai keharamannya sedangkan al-Qur'an sendiri sama sekali tidak pernah menyinggung masalah ini. Adalah bijak apabila kita mencoba mengembalikan ini pada latar belakang dan tujuan dari pelarangan pemakaian emas dan sutera itu sendiri.

Bahwa sudah sama-sama kita ketahui bersama, Nabi Muhammad senantiasa bertindak dan memutuskan perkara yang ada didalam kehidupannya berdasarkan petunjuk atau wahyu dari Allah.

Qs. 6 al-an’am : 51

Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan

Qs. 6 al-an’am : 106

Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu

Qs. 7 al-a’raf : 203

Sesungguhnya aku hanya mengikut apa yang diwahyukan dari Tuhanku kepadaku

Qs. 10 Yunus : 15

"Datangkanlah al-Qur'an yang lain daripada ini atau gantilah dia". Katakanlah: “Aku tidak punya hak untuk mengubahnya atas kemauanku sendiri sebab aku tidak mengikuti selain dari yang diwahyukan kepadaku. Sungguh, aku takut jika sampai durhaka kepada Tuhanku terhadap azab dihari kiamat.”

Dari beberapa ayat al-Qur'an diatas, maka Nabi Muhammad memang tidak memiliki otoritas apapun dalam menjatuhkan hukum terhadap suatu perkara berdasarkan keinginan atau hawa nafsunya, sebagai contoh bisa kita lihat dalam kasus perseteruan antara istri-istri beliau (dimana atas dasar kecemburuannya semua istri Nabi termasuk 'Aisyah sepakat untuk menjelekkan Maria yang telah melahirkan Ibrahim da dihadapan Nabi), beliau sempat memutuskan untuk mengharamkan madu berdasarkan ijtihadnya pribadi, lalu ayat berikut turun sebagai teguran kepada Nabi atas sikapnya tersebut :

Qs. 66 at-Tahrim 1

Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang sudah Allah halalkan bagimu hanya karena kamu ingin mencari kesenangan hati isteri-isterimu ?

Tentunya kejadian teguran seperti ini akan terulang kembali kepada Nabi apabila beliau terbukti melakukan pengharaman atas apa-apa yang sudah dihalalkan oleh Allah didalam kitab-Nya.

Qs. 16 an-Nahl 116

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak akan beruntung.

Semua yang diharamkan oleh Allah tentu memiliki hukum-hukum yang bisa dijelaskan asas dan manfaatnya, misalnya kenapa memakan daging babi atau meminum darah itu haram, toh dari penelitian ilmiah ditemukan berbagai penyakit dan bakteri didalamnya. Contoh lain kenapa dalam surah 60 al-Mumtahanah 10 disebutkan wanita muslimah haram kawin dengan laki-laki kafir karena kecenderungan sifat wanita untuk menurut kepada laki-laki yang dicintainya sehingga dikhawatikan dapat mengembalikan dia kepada kekafiran setelah dia beriman, disamping itu hal inipun akan membuat satu kemelut baru dalam rumah tangganya berkaitan dengan status keagamaan sang anak, akan ada tarik ulur antara Islam dan kafir yang semuanya hanya akan membuat keharmonisan Islam didalam rumah tangga dan masyarakat menjadi kacau dan tidak beraturan.

Dari ini semua kita lihat bahwa semua larangan memiliki tujuan, memiliki argumentasi bagi kemaslahatan pribadi dan umum bukan pelarangan berdasarkan dogmatis yang tanpa dasar. Lalu kembali pada kasus emas dan sutera, inipun bisa ditinjau dari sisi yang sama.

Qs. 7 al-A’raaf 33

Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan dasarnya untuk itu dan mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui"

Kalimat Allah mengharamkan perbuatan yang keji pada ayat diatas berlaku umum sekali, dan semua tingkah laku yang mengarah pada perbuatan keji ini bisa menyebabkan jatuhnya keharaman atas perbuatan tersebut.

Misalnya dalam hal berlebih-lebihan :

Janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. - Qs. 6 Al-An'am : 141

Atau dalam hal menganiaya diri :

Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim - Qs. 3 Ali Imran :140

Kedua hal ini bisa dikiaskan hukumnya pada orang yang bermegah-megahan, memakai perhiasan emas pemata, membeli apa yang sebenarnya sudah lebih dari mencukupi kebutuhan hidupnya sementara banyak orang lain disekitarnya dalam keadaan menderita, jangankan untuk memakai emas, untuk menyalin baju yang dipakaipun kadang harus menunggu hari panas sebab bila cuaca hujan terus bajunya tidak kering dan dia tidak berpakaian, banyak juga masyarakat disekitar kita yang untuk makanpun harus menjadi kuli angkut dipasar, mengayuh becak, hujan panas, siang dan malam dan seterusnya.

Lalu orang-orang yang merokok, menghamburkan uang hanya untuk hal yang sama sekali tidak ada manfaat dan malah sebaliknya begitu banyak hal yang membahayakan dari sisi kesehatan, ini pun bisa dikiaskan sebagai perbuatan zalim atau keji yang bisa saja jatuh haram terhadapnya.

Berdasarkan riwayat beberapa hadis, tampaknya perhiasan emas dan sutera yang ada pada diri Nabi waktu itu merupakan hadiah dari Muqauqis seorang penguasa Mesir yang pernah disurati oleh Nabi untuk memeluk Islam, sebagai bentuk hormat beliau Saw terhadap pemberian Muqauqis, emas dan kain sutera itu dipakainya akan tetapi sikap ini langsung di-ikuti oleh sejumlah sahabatnya yang tingkat sosial ekonominya berkecukupan, tindakan ini membuat Nabi menjadi malu dan gusar, betapa sebagai seorang pimpinan yang seluruh tindak tanduknya menjadi contoh dan panutan oleh semua kalangan dan lapisan masyarakat apa yang diperbuatnya bukanlah hal yang pantas.

Kita pun tahu bahwa disekeliling Nabi banyak tinggal orang-orang susah, hidup dimasjid dan ditanggung oleh sahabat-sahabat yang mampu (misalnya dalam hal ini kita contohkan Abu Hurairah), lalu bagaimana kiranya perasaaan orang-orang tersebut melihat Nabi memakai perhiasan yang begitu mewah yang bahkan tidak mampu mereka kenakan meski dalam mimpi dan angan-angan mereka ?

Karenanya kita juga dapati dalam riwayat lain bahwa Nabi akhirnya menyerahkan pakaian mewah itu kepada menantu sekaligus orang paling dekat dengan dirinya yang sudah dianggapnya saudara bagaikan Harun dan Musa :

Dari Ali bin Abi Talib r.a. berkata: 'Dihadiahkan kepada Nabi Saw sepasang pakaian yang bersulam dengan sutera dan emas, lalu ia kirimkan kepadaku lalu akupun memakainya, tapi aku lihat kemarahan pada wajah Nabi Saw, lalu ia bersabda : 'Sesungguhnya aku tidak mengirim pakaian itu kepadamu untuk engkau pakai, tapi aku kirim itu agar engkau potong-potong sebagai kudung untuk dibagikan diantara perempuan-perempuan' - Riwayat Ahmad, Bukhari dan Muslim

Dengn demikian, apa yang kita dapati dari sejumlah hadis mengenai keterlarangan memakai emas dan sutera bisa kita paralelkan dengan yang termaktub dalam surah al-a'raaf ayat 203 tadi.

Pertanyaan selanjutnya, kenapa hukum tersebut tidak disebutkan secara transparan didalam al-Qur'an ?

Jawabannya karena ayat-ayat al-Qur'an sendiri terdiri dari dua kategori, yaitu Muhkamat dan Mutasyabihat.

"Dia-lah yang menurunkan Kitab kepada kamu. Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat itulah pokok-pokok isi al-Qur'an, dan yang lain mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah /perselisihan/ dan untuk mencari-cari pengertiannya, padahal tidak ada yang mengetahui pengertiannya melainkan Allah serta orang-orang yang mendalam ilmunya. Katakanlah:"Kami beriman kepada yang semua ayat-ayatnya itu dari sisi Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran melainkan orang yang mau memikirkan." - Qs. 3 ali Imron :7

Ada hal-hal tertentu yang memang memerlukan kajian dan analisa secara mendalam, baik melalui kias ataupun berdasarkan ilmu pengetahuan modern, sesuai dengan ayat tersebut diatas bahwa ayat-ayat Mutasyabihat hanya bisa dimengerti oleh orang yang mendalam ilmunya dan bagi mereka yang mau berpikir.

Berpikir tidak hanya yang bersifat tekstual tersurat namun juga berpikir mengenai ayat-ayat yang tersirat dibalik yang tersurat tadi.

Oleh sebab itu kenapa misalnya kita tidak melihat adanya hukum yang mengatur mengenai Polyandri sementara al-Qur'an sendiri mengatur dan membicarakan masalah Polygami atau kenapa juga misalnya tidak dijelaskan secara detil pencurian yang bagaimana yang harus dihukum potong tangan apakah itu mencuri dalam skala besar atau mencuri hanya karena faktor lapar dan terpaksa ...dan seterusnya dan sebagainya.

Ada banyak sekali hal-hal yang memang harus dipelajari secara lebih dalam dari ayat-ayat al-Qur'an, terkadang suatu hukum itu tidak tercantum dalam ayat yang Muhkamat akan tetapi bisa kita tetapkan dengan hukum-hukum kias yang termasuk dalam Mutasyabihat, dan disinilah letak fleksibelitas al-Qur'an. Saat ada permasalahan-permasalahan baru yang timbul karena faktor kemajuan jaman, dia akan tetap bisa uptodate dan mengeluarkan fatwa-fatwanya.

Misalnya lagi tentang hukum merokok, hukum 'goyang inul', hukum perbankan

Lalu sekarang ada juga pertanyaan, kenapa justru emas itu hanya diharamkan bagi laki-laki saja dan tidak bagi wanita ?

Dari Abu Musa, bahwa Nabi Saw bersabda : Dihalalkan emas dan sutera bagi perempuan-perempuan dari umatku; dan diharamkannya atas laki-laki dari ummatku' - Riwayat Ahmad, Nasa'i dan Tirmidzi mengesahkannya

Dari Umar ia berkata : Aku mendengar Nabi Saw bersabda : Janganlah kamu memakai sutera, karena sesungguhnya barangsiapa memakainya didunia maka ia tidak akan memakainya diakhirat. - Riwayat Ahmad, Bukhari dan Muslim

Secara sempit, peranan dari laki-laki adalah pemimpin kaum wanita dalam rumah tangganya, namun secara lebih luas, laki-laki juga adalah pemimpin umat dalam skala luas (rumah tangga yang lebih besar), itu sebabnya juga semua Nabi didalam Islam adalah laki-laki.

Laki-laki yang hidupnya bergelimang kemewahan cenderung akan membawa keluarganya pada kekufuran, sementara wanita yang memakai perhiasan mewah adalah sudah menjadi salah satu tabiatnya, fitrahnya seperti itu, senang pada hal-hal yang indah dan materialistik, tetapi ini juga sebenarnya memiliki batasan-batasan tertentu dari Allah, misalnya :

Dan janganlah mereka menghentakkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. - Qs. 24 an-Nuur :31

Kisah Qarun yang dijadikan contoh oleh al-Qur'an kiranya cukup memberikan pelajaran dan hikmah kepada kita mengenai kebiasaan hidup bermewah-mewahan dikalangan laki-laki.

Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapatkan kemenangan. -Qs. 9 at-Taubah :20

Wassalam,

Armansyah

TAHLIL

Assalamu'alaykum Wr. Wb.

Berbicara masalah over pahala maka kita akan masuk dalam kontroversi klasik.

Karena dari jaman dulu kala hal ini sudah menjadi satu perdebatan yang seru antar para pemikir Islam, pro dan kontra ini semakin memanas manakala para pengikut masing-masing sudah semakin jumud dan terjebak dalam taklid buta sehingga tidak bersedia lagi untuk melakukan kaji ulang dengan lebih obyektif.

Sejauh mana hal-hal tersebut harus kita pahami ?

Mari sama-sama kita analisa ...

Over pahala maksudnya dimana seseorang melakukan sholat, puasa, haji, mengaji Yasin, al-Fatihah dan sebagainya yang diniatkan ataupun ia minta kepada Allah agar perbuatannya tersebut diberikan kepada orang tertentu, apakah dia keluarganya, kawannya, tetangganya, gurunya atau siapa saja yang dia kehendaki yang umumnya orang tersebut sudah meninggal dunia.

Adakah over pahala semacam ini dalam al-Qur'an ?

Dibolak-balik, diputar bagaimanapun kitab Allah itu tidak akan pernah bertemu dengan yang namanya over pahala, sebaliknya al-Qur'an justru secara tegas memberikan sanggahan-sanggahannya.

Over pahala bisa ditemukan dalam beberapa literatur hadis yang dianggap shahih didunia Islam, khususnya bagi jemaah Ahlussunnah wal Jamaah, diantaranya :

Rasulullah pernah berkurban satu kambing buat umatnya dan satu lagi buat dirinya dan keluarganya - Hadis Riwayat Ahmad

Seseorang bertanya kepada Rasulullah : 'Adakah bermanfaat bagi bapak saya yang sudah mati jika saya melakukan sedekah atas namanya ? ; Jawab Rasulullah : 'Ya' - Hadis Riwayat Ahmad dan Muslim

Seseorang bertanya kepada Rasulullah : 'Apakah ibu saya mendapat ganjaran kalau saya bersedekah atas namanya ?' ; Rasulullah jawab : 'Ya' - Hadis Riwayat Bukhari dan lain-lainnya

Seorang wanita berkata kepada Rasulullah : Ibu saya mati meninggalkan puasa satu bulan. ; maka sabdanya : puasakanlah. - Hadis Riwayat Bukhari

Barangsiapa mati meninggalkan puasa maka hendaklah walinya mempuasakan untuk dirinya - Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim

Bagaimana menyikapi hadis-hadis tersebut ?

Kita setuju bila al-Qur'an merupakan hukum tertinggi dalam Islam, apapun literatur diluarnya harus dikonfrontasikan terlebih dahulu dengan al-Qur'an agar bisa diterima nilai validitasnya, inipun berlaku terhadap hadis, karena itu salah satu persyaratan penentuan shahih tidaknya suatu hadis adalah apabila hadis yang bersangkutan tidak bertentangan dengan ayat-ayat al-Qur'an, baik secara samar apalagi terang-terangan.

Lalu bagaimana tanggapan al-Qur'an seputar masalah ini ? Berikut beberapa diantaranya ...

"Tiap-tiap umat akan dipanggil untuk menerima kitabnya, dan diserukanlah : Pada hari ini kamu akan dibalas sesuai dengan apa yang kamu kerjakan" - Qs. 45 al-Jaatsiah : 28

Artinya :

Pada hari kiamat kelak, setiap orang akan dipanggil untuk menerima berkas dari semua perbuatannya, baik ataupun buruk selama ia hidup didunia.

"Maka dihari ini, tidak akan dianiaya seseorang meski sedikitpun, dan tidak dibalas kamu melainkan apa yang sudah kamu kerjakan "- Qs. 36 Yasin : 54

Artinya :

Pada hari kiamat kelak, setiap orang akan menerima pembalasan atas semua perbuatannya, baik ataupun buruk selama ia hidup didunia dan ini sama sekali tidak berdasarkan perbuatan orang lain.

"Bahwa seseorang tidak menanggung dosa orang lain, dan seseorang tidak akan mendapat ganjaran melainkan apa yang telah dia kerjakan" - Qs. 53 an-Najm : 39

Artinya :

Masing-masing orang akan memikul dosanya sendiri dan masing-masing orang akan mendapat ganjaran dari perbuatannya sendiri, tidak dari perbuatan dan usaha orang lain.

Dari konfrontasi diatas maka jelas al-Qur'an menolak amalan over pahala, apapun maksud, tujuan dan caranya.

Lalu bagaimana dengan hadis-hadis tadi yang bercerita mengenai over pahala ?

Ya otomatis tertolak dengan sendirinya !

Tetapi semuanya Shahih, bahkan diriwayatkan juga oleh Bukhari dan Muslim ?

Renungkan ayat al-Qur'an berikut ini :

Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. - Qs. al-Ma'idah 5:45

Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (al-Qur'an) lalu Allah menghapuskan amal-amal mereka. - Qs. Muhammad 47:9

Bukhari dan Muslim adalah manusia biasa, jangan memposisikan mereka seperti Tuhan yang tidak pernah salah, jangan terlalu berlebihanlah dalam menilai seseorang. Kita harus bisa berlaku obyektif, kenapa ?

Jangankan Bukhari dan Muslim, bahkan Nabi Muhammad sendiri jelas-jelas pernah ditegur ALLAH 2 x karena memastikan waktu turunnya wahyu (Qs. 18 al-kahfi : 23-24) dan bermuka masam saat ada orang buta meminta pengajaran agama kepadanya (Qs. 80 'abasa : 1).

Artinya, tidak ada jaminan kemaksuman atas diri seorang Bukhari dan Muslim.

Kita bisa melihat dalam hadist-hadistnya, Bukhari maupun Muslim tampaknya tidak memperketat kebenaran logika isi hadist yang mereka terima, sehingga acapkali kita jumpai hadist-hadist yang berbau dongeng dan diluar nalar pemikiran wajar yang justru bertentangan dengan ketegasan al-Qur'an yang memerintahkan kita mempergunakan akal didalam beragama (Qs. 5 al-maaidah: 58 Qs. 12 Yuusuf : 111, Qs. 39 az-zumar: 18 dan 21, Qs. 65 ath-thalaq: 10, Qs. 38 Shaad : 29 dan sejumlah ayat quran lainnya).

Misalnya saja hadist mengenai perjalanan Isra dan mikra Nabi yang kental sekali nuansa dongengnya, dimana disitu disebutkan pertemuan Nabi Muhammad dengan para Nabi sebelumnya yang sudah wafat dan melakukan sholat berjemaah di Baitul Maqdis Palestina lalu dilanjutkan dengan wawancara Nabi dan Jibril seputar keadaan umat akhir jaman sampai pada kisah Nabi yang bolak-balik pulang pergi dari Tuhan menuju Musa dan sebaliknya (perintah Sholat seperti membeli baju dipasar, ada tawar menawar) - hadis mengenai mi'raj Nabi ini saja Bukhari memiliki beberapa versi yang berbeda, mungkinkah semuanya benar ? -Tidak mungkin- pasti cuma ada satu yang benar atau justru semuanya salah.

Belum lagi kisah Nabi Musa memukul keluar biji mata malaikat maut saat akan mengambil ruhnya atau juga kisah seputar kemunculan Dajjal dan turunnya 'Isa al-Masih menjelang kiamat yang juga justru banyak saling bertentangan satu sama lain.

Sayangnya kita umat Islam justru menerima begitu saja dengan menyandarkan bahwa semuanya bisa saja terjadi bila ALLAH berkehendak, menurut saya justru alasan yang seperti inilah penyebab rusaknya cara berpikir umat terhadap agamanya, menerima atau taqlid buta tanpa berani mengkaji secara kritis.

Kita hormati mereka atas jasa-jasanya namun itu tidak membuat kita berlaku pengkultusan individu atas diri mereka.

Tetapi banyak orang melakukannya dan tidak kurang ulama terkenal pun pernah mendakwahkan perihal kebenaran over pahala tersebut ?

Saya jawab dengan ayat al-Qur'an saja :

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk. - Qs. al-An'am 6:116

Katakanlah:"Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertaqwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan". - Qs. al-Ma'idah 5:100

Sekedar catatan tambahan :

A. Hassan dalam buku Soal Jawab Masalah Agama 3-4 (terbitan : Penerbit Persatuan Bangil) pada halaman 1152 mengatakan : Menurut pertimbangan akal, maka ganjaran ibadat itu tidak bisa sampai kepada orang lain lantaran Tuhan perintah beribadah itu agar kita terpelihara dari kejahatan dan agar kita menjadi orang yang berbakti, agar kita menjadi orang yang takut pada Allah.

Jika seandainya ibadat kita bisa dikerjakan oleh orang lain, tentu kita tidak bisa jadi orang yang dimaksudkan dalam Qur'an itu. Ibadah artinya memperhambakan diri, karenanya tidak bisa ada kalau tidak dikerjakan oleh masing-masing orang. Jika ibadat seseorang boleh dikerjakan oleh orang lain maka orang yang kaya bisa membayar manusia sekampung, bisa membayar kyai terkenal untuk mengerjakan amal ibadahnya.

Saya jadi ingat pengalaman pribadi saat orang tua saya meninggal tahun 2000 yang lalu, saat itu salah seorang saudara tua saya dengan antusiasnya "membayar satu jemaah masjid" dari daerah lain untuk membacakan tahlil dan yasin bagi almarhum ditambah acara makan-makannya, saya sendiri menolak untuk ikut didalamnya. Bagi saya perbuatan itu sia-sia saja, saya menganggapnya sebagai perbuatan yang baik semata-mata untuk sipelakunya sendiri dan jamuan makan malam seperti biasa. Pendirian saya dan almarhum orang tua kebenaran sama, kami tidak menganggapnya sebagai suatu hal yang bermanfaat bagi orang yang sudah mati, kecuali doa mereka saja, sekali lagi doa bukan Yasin bukan tahlil dan bukan dengan kirim-kiriman al-Fatihah. Ini harus dibedakan.

Lebih jauh, pada halaman 1133 s/d 1138 secara panjang lebar A. Hassan dalam buku yang sama memperlihatkan bagaimana sejumlah ulama dan ahli tafsir pun banyak yang menolak amalan over pahala ini, misalnya At-Thabari (27:39-40), A. Fakhrur Razie (7:738), Ibnu Katsier (8:120 dan 3:444), Jalalain (3:198), Fathul Qadier (5:111), Nasa'i dengan berpegang pendapat Ibnu Abbas (Telah berkata Ibnu Abbas : Janganlah seseorang menggantikan sholat seseorang dan jangan pula ia puasakan seseorang), Malik bin Anas dengan berpegang pada perkataan Ibnu Umar (Tidak boleh seseorang mempuasakan orang lain dan tidak boleh dia menggantikan sholat orang lain), Fathul Barie (4:47 yang diambil dari perkataan Ibnu Umar juga : Telah berkata Ibnu Umar : Tidak boleh seseorang menghajikan orang lain).

Sekiranya over pahala dibolehkan oleh Nabi, tentu para sahabat tersebut tidak berani berkata demikian, adanya perkataan dari beberapa sahabat itu memberi arti bahwa Nabi Muhammad memang tidak pernah memperbolehkan over pahala, baik itu haji, puasa, sholat dan sebagainya.

Maih menurut A. Hassan juga, dalam Fathul Barie 4:49 disebutkan : Imam Malik memandang bahwa zhahirnya Hadis wanita Khast-'amiyah (yaitu menghajikan bapaknya) itu menyalahi zhahirnya al-Qur'an, maka Imam Malik berpegang pada al-Qur'an.

Saat disampaikan pada 'Aisyah perkataan Umar dan Ibnu Umar bahwa mayat itu disiksa karena ditangisi keluarganya, hadis itu dibantah oleh 'Aisyah dan merujuk pada Qs. al-Israa' 17 ayat 15 bahwa seseorang tidak memikul dosa orang lain ... dan ini pun riwayat dari Bukhari dari Ibnu Abbas.

Dengan demikian, semakin jelas masalah ini memang tidak bisa dibenarkan, baik menurut al-Qur'an, logika ataupun dikonfrontasikan dengan beberapa hadis Nabi yang lain.

Jika mau berdoa ya berdoa saja, kalau memang mau pakai bahasa Arab maka ucapkan Allahhummaghfirlie ...dan seterusnya atau yang sejenis, dan jika mau memakai bahasa Indonesia atau bahasa daerah maka pilih saja kata-kata yang baik dan pantas.

Tidak ada yang perlu dilogikan untuk masalah ini karena logika jelas menentangnya, masalah ibadah seperti sholat, haji dan membaca al-Qur'an berhubungan langsung dengan Allah sementara masalah hutang piutang duniawiyah berhubungan langsung dengan sesama manusia, sehingga saat orang tua kita meninggal, saudara kita meninggal maka kita sebagai ahli rumahnya memiliki kewajiban untuk menyelesaikan semua hutang piutang yang terjadi, sementara dengan Allah itu bukan urusan kita, melainkan urusan orang yang bersangkutan sendiri dengan Allah, jika memang ia punya hutang dengan Allah dan dia keburu meninggal sebelum sempat membayar hutangnya itu maka itu artinya Dia menagih dengan cara-Nya sendiri.

Sebenarnya yasinan ini sama sekali tidak ada dasarnya dari sunnah, sepanjang sepengetahuan saya, Nabi dan keluarganya serta para sahabat tidak pernah berbuat hal yang demikian.

Acara yasinan diduga kuat berasal dari para wali ketika berusaha menyebarkan Islam didaerah-daerah yang masih menganut paham Hindu maupun animisme. Mereka menyusupkan ajaran-ajaran Islam ditengah tradisi dan kebiasaan masyarakat yang waktu itu masih sangat kuat mengakar.

Hal yang sama misalnya dilakukan oleh Sunan Kali Jaga melalui wayangnya, Sunan Gunung Jati melalui lagu-lagunya dan seterusnya.

Apakah perbuatan mereka itu salah ? jawabnya - ya - dan - tidak -
Dalam kondisi tertentu, memang diperlukan teknik-teknik khusus untuk bisa menarik orang kedalam ajaran Islam, kita harus ingat bahwa tidaklah mungkin kita bisa merubah kebiasaan suatu kaum secara drastis, pertentangan akan selalu muncul disana-sini, dan jika tidak bijak menghadapinya malah bisa terjadi bentrokan fisik yang malah akan merugikan semua pihak.
Disini Ijtihad para wali itu mungkin bisa dimaafkan dan diterima.

Dari sisi lain, sekali lagu perbuatan-perbuatan semacam itu tidak ada tuntunannya secara agama.

Kalau mau mengaji ya mengaji saja, kenapa harus ditetapkan surah Yasin saja ? kenapa tidak an-Nisaa' atau kenapa tidak al-a'la kenapa tidak surah al-Baqarah ?

Firman Allah :

karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Qur'an. - Qs. 73 al-Muzammil 20

Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah - Qs. 64 at-Taghaabun 16

Selanjutnya, membaca al-Qur'an sebenarnya tidak diperbolehkan secara beramai-ramai seperti yang sering kita lihat pada acara yasinan, tahlilan dan sejenisnya.

Firman Allah :

Dan apabila dibacakan al-Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. - Qs. 7 al-A'raaf 204


Sudah jelas bahwa jika ada suatu forum membaca al-Qur'an, cukup satu saja yang membaca, yang lain mendengar dan menyimaknya, tujuannya tidak lain agar bila terjadi kesalahan baca bisa saling membenarkan, coba anda lihat orang-orang yang yasinan itu, mereka semuanya sibuk mengaji, malah seolah adu cepat dalam membaca, lalu bagaimana bila ada yang salah baca ? siapa yang mengoreksinya ? dibiarkan saja jelas salah.

Mendengarkan bacaan al-Qur'an itulah yang sebenarnya mendapat rahmat, bukan berebut membacanya sehingga tidak lagi mengindahkan panjang pendek huruf, tidak lagi memperhatikan keindahan bacaan, lihatlah kembali dan dengarlah saat ada orang yang yasinan, suaranya jadi tidak jelas, bergumam bukan, nyanyi juga bukan yang ada hanya riuh ribut saja.

Padahal firman Allah :

Dan al-Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. - Qs. 17 al-Israa' 106

Dan bacalah al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. - Qs. 73 al-Muzammil 4

Saat ada orang meninggal, biasanya juga sibuk saling membagikan yasin didekat jenasah, malah diatas kepala simayat tadi diletakkan juga al-Qur'an. Untuk apa ?

Kalau tujuan membagikan yasin adalah agar orang tidak mempergunjingkan orang yang meninggal ini tadi, ya boleh-boleh saja, tetapi itupun kenapa harus dikhususkan Yasin ?

Masalah mendudukkan al-Qur'an diatas kepala mayat adalah hal yang percuma ... al-Qur'an itu berguna saat manusia itu masih hidup, jika maut sudah datang, tidak akan ada manfaatnya apa-apa.

Demikian ...

Wassalam,

Armansyah

KOLEKSI NAMA BAYI PEREMPUAN

KOLEKSI NAMA BAYI PEREMPUAN

Adibah Aida (Berpengetahuan/keberuntungan)

Anak yang memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi bukan sahaja menguntungkan kedua ibu bapa, tetapi menguntungkan dirinya sendiri. Apa-apa jua kejayaan yang hendak dicapai sama ada pada dunia dan akhirat, mestilah dengan ilmu pengetahuan. Beruntunglah kepada anak-anak yang tinggi ilmu pengetahuannnya.

Alani Fatini (Ketinggian/bijaksana)

Seorang anak yang bijaksana senang dididik dan senang untuk memahamkan mereka dalam banyak aspek. Kefahaman mereka untuk menangkap apa-apa yang ingin disampaikan sangat tangkas. Ibu bapa hanya perlu untuk bercakap sedikit, tetapi anak mudah ingat dan tahu apa yang dimaksudkan

Ahlam Fakhira (Paling sempurna/termashyur)

Pada zaman yang serba mencabar ini, untuk mendidik anak ke arah kesempurnaan diri memang merupakan satu cabaran. Lihatlah di luar sana, berapa ramai anak-anak yang kecundang menjadi mangsa dadah, pergaulan bebas dan sebagainya. Memberikan nama ini, semoga anak sempurna pada zahir dan batin, menjadi termasyhur dengan kesempurnaan diri yang dimilikinya.

Alya Adriana (Ketinggian, nisbah)

Semoga anak ini menjadi orang yang sangat suka melakukan kebaikan yang tiada henti nisbahnya.

Alya Jazilah (Ketinggian/bijak bercakap)

Kelebihan ataupun ketinggian anak ini terletak kepada petahnya dalam berkata-kata. Anak yang bijak bercakap juga merupakan suatu kelebihan dirinya untuk berjaya dalam hidup. Semoga anak menjadi orang yang bijak dalam berkata-kata dan mengamalkan apa yang diperkatakan.

Amirah Hazirah (Puteri/pilihan yang terbaik)

Pilihan nama yang sangat baik untuk diberikan kepada seorang anak perempuan. Kelebihan anak perempuan ialah lebih peka dan mudah menolong kesusahan ibu bapa. Hatinya lebih sensitif dalam menangani dan menangkap emosi ibu bapa. Anak beginilah yang diletakkan harapan untuk mengenang jasa ibu bapa apabila ia dewasa kelak.

Ani Syazwani (Kesopanan/keharumanku)

Anak yang terkenal dengan kesopanan memang menjadi idaman kedua ibu bapa. Tiada gunanya anak yang berjaya tetapi selalu menyakitkan hati. Biarlah nama ini menjadi harum kerana kesopanan diri yang dimilikinya dan pandai pula menjaga hati ibu bapanya. Bak kata pepatah “sejuk mata memandang” bila melihat anak yang hidupnya penuh dengan adab sopan.

Anis Syafiqah (Mesra/baik hati/penyayang)

Seseorang yang berwatak mesra, mudah untuk bergaul sesama masyarakat. Hatinya bersih daripada sifat sombong dan takabur. Sifat-sifatnya yang begitu, menyebabkan orang lain menyayanginya. Tumbuh menjadi seorang yang mesra dan mudah didekati. Ia juga seorang yang baik hati dan menyayangi orang lain dengan penuh keikhlasan tanpa berpura-pura.

Atiqah (Yang mulia/yang dipilih)

Seorang yang jelita pada wajah dan juga budi pekertinya. Memiliki budi pekerti yang elok dan merupakan seorang yang lemah lembut. Peribadinya berakhlak. Selain merupakan nama kepada para sahabat Rasulullah, Atiqah juga bermakna mulia dan terpilih.

Azyan Jalilah (Perhiasan/yang mulia)

Adakalanya ibu bapa mengeluh bila melihat anak yang susah untuk mendengar kata. Apatah lagi untuk menghormati orang tua. Dikurniakan anak yang soleh merupakan perhiasan yang mulia dan dapat menghiburkan hati ibu bapa.

Aliyah Afifah (Wanita yang tinggi/yang sopan)

Wanita akhir zaman, selalu dikaitkan dengan kehilangan sopan santun dan juga budi pekerti yang baik. Namun, bukan zaman yang silap tetapi sebenarnya pendidikan yang diberikan oleh ibu bapalah yang mencorakkan kehidupan anak. Biarlah zaman berubah kemodenannya, tetapi seorang wanita tetap tinggi dengan kesopanan dan budi pekerti baik yang dimiliki.

Aisyah Aqilah * Aisyah Afiqah (Hidup bahagia/ Cerdas, pandai * Sangat berpengetahuan)

Ibu bapa pastinya mengharapkan anak-anak hidup bahagia. Doa yang berpanjangan sentiasa dipanjatkan demi kebahagiaan anak. Pastinya ibu bapa boleh bergembira bila anak-anak kembarnya cerdas dan sangat berpengetahuan. Merekalah yang diharapkan untuk meneruskan perjuangan generasi akan datang. Generasi yang bukan sahaja memiliki ilmu pengetahuan yang luas, malahan tinggi pula budi pekertinya.

Damia Lutfiah (Kebijakan, kelembutan)

Anak bukan sekadar bijak tetapi memiliki kelembutan yang menawan hati sesiapa yang memandangnya. Bijak dalam mengatur hidup, lembut dalam ketegasan. Tidak mudah diperdayakan oleh sesiapa yang ingin mempermainkan dirinya.

Dayana Batrisya (Gagah perkasa/cerdik/pintar)

Seorang yang memiliki nama ini akan menjadi terkenal, berjaya dalam apa bidang yang diceburinya. Hatinya cekal dan gagah dalam membina dan mengejar kecemerlangan hidup di dunia dan akhirat. Sifat-sifat baik yang dimilikinya, memudahkan ia membina karisma diri.

Dalili Fahimah (Pemimpin/yang bijak)

Ibu bapa memang mengharapkan anak yang bijak dan berkebolehan dalam memimpin. Generasi beginilah yang diharapkan untuk meneruskan perjuangan demi kebaikan bangsa, agama dan negara.

Dhia Syarafana (Cahaya/kemuliaan)

Anak yang dididik dengan penuh disiplin sewaktu kecilnya, akan menjadi orang yang tahu menghargai masa dan menghargai diri sendiri. Pekerjaan yang tidak memberi manfaat akan dijauhi sedaya mungkin. Hasilnya, melahirkan sesuatu yang mulia untuk dijadikan contoh dan teladan yang baik kepada masyarakat.

Diyanah (agama)

Nama yang cukup sinonim dengan kecantikan wajah yang selalu dimiliki oleh pemiliknya. Mungkin orangnya putih, berseri dan apa sahaja yang cantik pada dirinya. Di sebalik nama yang sedap didengar ini, sebenarnya ia bererti agama. Agama pastinya yang berkait rapat dengan kesucian dan juga kebersihan. Semoga anak pandai menjaga kebersihan dan kesucian dirinya sebagai seorang wanita yang solehah.

Fathiah (Kemenangan)

Nama ini umumnya nampak ringkas sahaja. Namun, ia mempunyai pengertian yang sangat luas. Sesuai dengan ertinya yang membawa maksud kemenangan. Semoga anak sentiasa mencapai kemenangan di dalam setiap cabaran dan persaingan yang dihadapinya.

Fathinah Uzma (Bijaksana/terbaik)

Anak yang memiliki nama ini, mempunyai motivasi diri, tangkas berfikir dan cepat memahami sesuatu perkara. Petah dan bijak berkata-kata.

Fatin Sahira (Menarik/mempesonakan/memikat hati)

Seorang anak yang lincah dan mempesonakan mata yang memandang. Apa lagi jika ibu bapa dapat mendidiknya menjadi anak yang baik. Lebih dapat memikat hati dengan akhlak baiknya. Itulah penghibur dan permata hati ibu bapa.

Faiqah Faqihah (Paling baik/pintar)

Seorang anak yang diharapkan kebaikan daripada dirinya. Kebaikan yang ada pada dirinya menyebabkan ia disukai oleh kawan-kawan dan dapat memberikan contoh teladan yang baik pada masyarakat sekeliling. Pintar dan pandai berdikari dalam mengurus dan mengatur program kehidupan diri.

Fakhirah Shakila (Kebanggaan/cantik)

Kecantikan yang ada pada anak bukanlah untuk dijadikan bahan kebanggaan. Malahan kecantikan itu lebih bererti sekiranya disertai dengan cantiknya budi pekerti yang dididik oleh kedua-dua ibu bapa. Biarlah anak memiliki kecantikan zahir dan juga pada batinnya. Berwajah cantik menjadikan anak lebih patuh dan tunduk terhadap Tuhan yang menciptakannya. Bersyukur selalu sebab Allah melebihkan wajahnya.

Fatin Afifah (Menarik perhatian, yang sopan)

Tiada yang lebih berharga bagi ibu bapa yang memiliki anak perempuan yang sopan. Baik budi pekerti, sangat menjaga tutur kata dan pandai menjaga diri ketika bergaul dengan kawan-kawan. Sesiapa yang memandang tertarik dengan sikap dirinya yang boleh bertolak ansur dan tidak mementingkan diri sendiri.

Firas Wafiyyah (Pandangan yang tajam/sempurna)

Bukan mudah mendidik anak untuk menjadi anak yang baik, apa lagi untuk menghasilkan anak yang cemerlang. Mempunyai pandangan yang tajam, hasil dari ilmu pengetahuan yang diperoleh. Semuanya memerlukan kesungguhan dan pengorbanan yang bukan sedikit. Malahan perlu pula kepada usaha yang berterusan, bukan hanya didapati dengan berimpian semata-mata.

Fatin Khadijah (Bijaksana)

Seorang wanita yang terkenal dengan kepintarannya dalam perniagaan. Kaya raya dan berharta, tetapi tidak ada sifat sombong dan angkuh pada dirinya. Wanita yang sangat setia kepada suami. Dia seorang yang mempunyai daya tarikan yang kuat dan seorang yang berpengaruh.

Hana Humaira (Rezeki tanpa kepayahan/yang berpipi merah)

Memang ada anak-anak yang rezekinya sentiasa cerah. Selalunya anak yang begini orang kata nasibnya untung dan baik. Ada-ada sahaja yang menyebabkan rezekinya sentiasa ada dan berpanjangan. Anak yang begini hidupnya selalu dipenuhi dengan keriangan dan kekayaan.

Hana Khalilah (Rezeki tanpa kepayahan/kesayangan)

Anak merupakan rezeki yang dikurniakan oleh Allah kepada ibu bapa. Didiklah anak dengan penuh rasa tanggungjawab dan kasih sayang. Hidup yang penuh dengan kasih sayang akan memudahkan anak membina kehidupan yang lebih bahagia dan cemerlang pada masa depannya.

Hani Mastura (Tenang/yang terpelihara)

Semoga ketenangan sentiasa terpelihara di dalam sesebuah rumah tangga bila ada anak yang memiliki nama ini. Ketenangan hidup juga bererti kebahagiaan hidup. Fitrah manusia memang suka pada ketenangan.

Huda Khalidah (Petunjuk yang benar/yang abadi)

Dalam menempuh arus kehidupan yang serba maju ini, ada manusia yang terlalai dan tersasar dalam mencari jalan kebenaran dan kebahagian hidup. Semoga anak yang memiliki nama ini mendapat petunjuk yang benar untuk membina kehidupannya. Petunjuk yang benar dan kekal abadi hingga ke akhir hayatnya.

Hani Khalilah (Yang mengucapkan selamat/kesayangan)

Semoga anak yang dianugerahkan sentiasa selamat dan merupakan kesayangan setiap insan.

Husna Afifah (Kebaikan, mempunyai harga diri)

Melihat remaja perempuan hari ini (segelintirnya), takut menerpa diri. Mereka seolah-olah hilang rasa maruah diri. Nama dan didikan yang baik akan dapat menghindari segala keburukan yang ada.

Husna Farihah (Yang cantik, sukacita)

Kecantikan dan kegembiraan merupakan impian setiap insan. Moga-moga anak yang memiliki nama ini sentiasa ceria dan memeriahkan suasana rumah tangga

Iffah Huriyyah (Suci terpelihara/bidadari)

Alangkah bertuahnya ibu bapa yang boleh mendidik anak perempuannya tahu menjaga dan memelihara maruah diri. Melihat fenomena masyarakat sekarang, segelintir remaja perempuan hilang malu dalam menjaga akhlak diri mereka. Melepak, merokok, pergaulan bebas menjadi kebiasaan hidup. Semoga anak yang memiliki nama ini terhindar daripada perkara-perkara sedemikian, sesuai dengan namanya yang suci lagi terpelihara.

Irdina Ilmuna (Kehormatan kami/pengetahuan kami)

Semoga anak dididik untuk mengejar ilmu pengetahuan yang tinggi. Sebarang kejayaan yang hendak dicapai, ia memerlukan ilmu pengetahuan, apa lagi dalam menghadapi zaman yang serba mencabar ini. Orang yang berilmu pengetahuan, apa lagi kalau berakhlak, dia akan dihormati oleh orang lain.

Izzah Insyirah (Kemuliaan/kegembiraan, lapang hati)

Semoga anak yang dilahirkan memiliki perbadi mulia. Akhlak-akhlak baik yang dimilikinya mampu menggembira dan menjadi penghibur kepada kedua ibu bapa yang telah mendidiknnya menjadi manusia yang berguna pada dunia dan akhiratnya.

Izz Zayani (Kekuatan/yang cantik)

Kehadiran anak yang dinantikan telah tiba untuk memberi kekuatan dan kegembiraan terhadap kedua ibu bapanya. Wajah anak yang comel dan cantik itu, sangat menghiburkan. Kepada ibu bapa, tanamkan azam untuk mendidik anak menjadi lebih cemerlang pada dunia dan akhiratnya.

Jauza Kamilia (Nama bintang/pokok yang menghijau)

Semoga kehidupan anak dipenuhi dengan kejayaan, seumpama cahaya bintang yang berkelipan di malam hari. Kejayaannya itu pula mampu memberi sinar dan manfaat kepada orang lain, terutama ibu bapa dan masyarakat.

Julia Malihah (Berambut panjang/cantik)

Anak yang cantik pasti menjadi pilihan kepada ibu bapa. Bukan sahaja cantik pada tubuh badannya malahan pada budi pekertinya juga. Anak perempuan elok kalau berambut panjang, sesuai identitinya sebagai seorang wanita.

Kautsar Kamilah (Nikmat yang banyak/yang sempurna)

Anak merupakan nikmat dikurniakan Allah kepada umat-Nya. Sempurnalah sebuah perkahwinan yang dilengkapi dengan kehadiran cahaya mata yang menghiburkan. Kesempurnaan itu alangkah baiknya jika ibu bapa lebih menundukkan diri kepada Tuhan yang menciptakan semuanya dan benar-benar mendidik anak agar menjadi anak yang soleh dalam menjaga akhlaknya sesama manusia dan Tuhannya.

Khairul Syifa (Kebaikan/penawar)

Nama anak perempuan ini akan menjadi penawar dan penyejuk hati ibu bapa. Melihat anak yang senang dibentuk dan mudah mendengar kata sememangnya melapangkan dada kepada sesiapa yang melihatnya. Hal ini meninggikan lagi harapan ibu bapa agar anak menjadi orang yang berguna pada agama, bangsa, dan negara.

Khaulah Al Azwar

Terkenal dengan sifat keberanian, kepahlawanan dan ketangkasan dalam menunggang kuda, sehingga namanya tercatat dalam sejarah. Khaulah turut berjuang dalam peperangan di samping kaum lelaki untuk menebus kembali abangnya yang ditawan oleh musuh. Semangat dan keberaniannya yang sangat kental, hingga dapat menyuburkan jiwa perjuangan orang lain pula.

Laila Madihah (Kekasih, yang terpuji)

Sesuai dengan sifat kewanitaannya, nama ini terpuji dengan akhlak yang menawan. Insya-Allah akan menjadi kekasih yang ideal kepada bakal suami untuk meneruskan generasi-generasi yang akan datang.

Laila Mardhiah (Kekasih/yang disayangi)

Moga-moga anak menjadi orang yang dikasihi oleh Allah. Bila dewasanya pula menjadi isteri yang baik kepada suami dan anak-anaknya.

Lina Nadhirah (Kelembutan/yang berseri)

Semoga anak menjadi wanita yang lemah lembut pada budi pekertinya. Memiliki anak perempuan yang lemah lembut dan bersopan santun, akan menyerikan lagi kehidupan keluarga bahagia.

Liya Zafirah (Yang beroleh kemenangan)

Liya adalah nama anak kepada Nabi Yaakub. Dia merupakan seorang anak yang taat kepada ibu bapanya. Sangat menghormati dan menjaga bapanya yang telah tua. Gabungan nama ini, semoga anak beroleh kemenangan di dunia dan akhirat dengan mendapat keberkatan ibu bapa.

Maznah Muktazzah (Kepujian/mulia)

Anak yang memiliki nama ini, memang akhlaknya terpuji. Suka melakukan kebaikan dan menolong orang yang di dalam kesusahan, tanpa ingin mendapat balasannya. Apa yang dilakukan penuh dengan keikhlasan dan hanya mengharapkan keredaan Tuhan.

Mirrah Almas (Akal yang cerdas/intan)

Kecerdikan akal merupakan suatu anugerah Tuhan yang amat berharga buat seseorang. Akal yang cerdik merupakan segumpal intan yang boleh dicanai menjadi pelbagai permata yang berkilauan dan indah dipandang mata. Pada ibu bapa yang ingin memiliki anak pintar, nama ini bolehlah menjadi pilihan.

Miza Karmila (Berseri-seri/manis)

Wajah anak yang berseri-seri boleh menghilangkan penat lelah ibu bapa yang bekerja seharian. Wajah yang manis dan berseri-seri juga sangat memainkan peranan, terutamanya bila berkomunikasi sesama manusia.

Marsya Maisarah (Subur/kesenangan)

Maisarah ertinya kesenangan. Semoga anak memiliki kesenangan yang berpanjangan untuk menjadi seorang yang sangat berdikari. Tidak sahaja berdikari malahan ringan tangan untuk menolong orang lain yang di dalam kesusahan dan kesempitan.

Muna Mukhlisah (Keinginan/yang ikhlas)

Manusia ramai yang berpura-pura demi kepentingan diri sendiri. Semoga anak yang memiliki nama ini terselamat dari sifat yang demikian. Biarlah keinginan yang ikhlas dalam membuat sesuatu dilakukan semata-mata untuk mendapat keredaan Allah. Apa-apa jua pertolongan yang diberikan kepada orang lain adalah ikhlas, seikhlas nama yang ada padanya.

Mirrah Nashihin (Akal yang cerdas/pemberi nasihat)

Sesuai dengan namanya yang mempunyai akal yang cerdas, layaklah baginya untuk memberi sesuatu nasihat atau pandangan yang bernas. Idea-idea bagus yang selalu diberikan adalah selaras dengan ketinggian akal yang dimiliki.

Najwa Asyilah (Bisikan rahsia/nama yang baik)

Anak yang pandai menjaga maruah diri. Sesuai dengan makna namanya yang baik. Rahsia hati ibu bapa ingin memiliki anak yang sempurna telah tercapai dengan memilih nama ini.

Naqibah (Ketua/fikiran yang tajam)

Di kalangan wanita sendiri perlu ada orang yang mampu menjadi ketua. Berani memperkatakan dan memperjuangkan kebenaran, walaupun ianya pahit. Seorang ketua pastinya memiliki fikiran yang tajam untuk mengupas dan memberi pandangan yang bernas pada isu-isu yang berlaku di tengah masyarakat, untuk kebaikan masyarakat keseluruhannya.

Nawal Atiyah (Memperolehi sesuatu/pemberian)

Anak merupakan satu pemberian Allah yang tidak ternilai harganya. Sesungguhnya laksanakanlah tanggungjawab yang sebaik-baiknya sebagai ibu bapa.

Nawal Najah (Hadiah/kejayaan)

Kegembiraan ibu bapa bila melihat anaknya berjaya dalam apa-apa bidang yang diceburinya. Ia merupakan suatu hadiah kejayaan yang sukar dilafazkan.

Nur Amalina (Cahaya harapan)

Memang anak menjadi harapan terhadap kedua ibu bapanya. Apa yang diharapkan pastilah sesuatu yang baik untuk masa depan si anak. Didiklah anak dengan bersungguh-sungguh dan penuh pengharapan yang baik. Semoga harapan ibu bapa menjadi kenyataan, setelah berusaha menunaikan tanggung jawab dalam mendidik anak ini.

Nur Azmina (Cahaya keazaman)

Keazaman adalah satu faktor untuk menjadi seorang yang berjaya. Dengan adanya keazaman akan melahirkan tindakan untuk mencapai apa-apa yang dicita-citakan. Semoga anak yang memiliki nama ini sentiasa di terangi oleh cahaya keazaman untuk memantapkan dirinya sendiri menuju kecemerlangan hidup.

Nur Naqiyah (Cahaya/jernih)

Fitrah anak memang bersih sejak dari kecilnya. Suka kepada kebaikan dan juga kebenaran. Tugas ibu bapa hanyalah memberikan galakan dan rangsangan untuk anak terus mengekalkan kebaikan-kebaikan yang ada dalam diri mereka.

Nurul Iman (Cahaya iman)

Iman merupakan perkara utama dalam kehidupan. Tanpa keimanan yang kukuh, seseorang tidak dapat untuk menyediakan benteng untuk berhadapan dengan arus kemodenan menyelamatkan dirinya mengharungi hidup di zaman yang semakin maju dan berteknologi tinggi ini.

Nurul Nuha (Cahaya kecerdasan)

Semoga anak memiliki otak dan badan yang cergas. Secergas otaknya untuk berfikir ke arah soal-soal kejayaan hidup demi kebahagiaan diri sendiri dan ibu bapa. Anak yang tenang, matang, teliti dan sentiasa berwaspada untuk mencapai kejayaan hidup. Pastinya ibu bapa gembira dan berbangga memiliki anak yang memiliki otak dan akal yang panjang.

Nuri Nazlah (Cahaya/kemenangan)

Seorang anak yang diharapkan dapat memberi cahaya kegembiraan dalam hidup kedua ibu bapanya. Anak yang berupaya mencapai pelbagai kemenangan pada dunia dan juga akhirat.

Nafisah Nazih ((Yang mulia/tidak membuat yang keji))

Bukan mudah untuk mendidik anak menjadi seorang yang mulia dan berbudi tinggi. Tetapi itu cabaran yang dihadapi oleh ibu bapa. Nama ini menampilkan peribadi anak yang cukup baik. Semoga anak ini benar-benar terhindar daripada perbuatan-perbuatan yang keji yang boleh merosakkan diri sendiri. Sebersih nama dan semulia nama yang dimilikinya.

Raihanah (Sejambak bunga yang harum)

Selain maknanya yang bererti sejambak bunga yang harum, nama ini sebenarnya merupakan seorang wanita yang cantik dan bersopan santun. Tegas dan tetap pendirian.

Rohadatul Aisy (Kemakmuran hidup)

Seorang anak perempuan yang diharapkan dapat memakmurkan kehidupan keluarga dengan kebaikan akhlak yang dimilikinya. Sesungguhnya adab sopan yang dimiliki oleh anak merupakan harta yang tidak bernilai buat kedua-dua ibu bapa.

Ridwana Rifiah (Keriangan/ketinggian kemuliaan)

Anak yang memiliki sifat yang riang akan mudah menghiburkan hati ibu. Anak yang begini mudah mengatur hidupnya sendiri tanpa banyak menyusahkan ibu bapa. Anak yang boleh berdikari kerana mempunyai disiplin diri yang tinggi terhadap diri sendiri.

Ruzana Ridwana (Ketenangan/keriangan)

Nama yang sedap didengar, apa lagi bila melihat orangnya. Seorang anak yang keletah dengan kehidupannya, yang penuh dengan keriangan. Melihat wajahnya hati akan terhibur dan berada dalam ketenangan. Segala masalah hidup yang dihadapinya, diselesaikan dengan bijaksana tanpa keluh kesah yang melulu.

Safura Nazihah (Keemasan/jujur)

Safura adalah anak kepada Nabi Yaakub yang telah menunjukkan sifat ketaatan kepada kedua ibu bapanya. Sanggup bersusah payah untuk menolong ibu bapanya. Seorang anak yang jujur dan ikhlas dalam membantu kesusahan orang lain.

Siti Saffanah (Permata)

Wanita yang merupakan permata bernilai kerana termasyhur dalam bidang kefasihan bertutur dan juga sastera. Terkenal dengan baik dan murah hati serta rupawan.

Sima Sahirah (Lambang keindahan/memikat hati)

Anak perempuan adalah lambang keindahan dan sebagai bunga penyeri sesebuah rumah tangga. Sebagai lambang keindahan sesebuah keluarga sepatutnya anak dididik dengan budi pekerti yang baik dan mempunyai akal yang tajam. Gabungan antara keduanya barulah melahirkan akhlak terpuji, yang dapat memikat hati sesiapapun.

Sofiah Solehah (Jernih/baik)

Semua ibu bapa sangat mengharapkan anaknya menjadi orang yang baik. Semoga nama yang lembut dan sedap didengar ini menjadi pilihan kedua ibu bapa untuk diberikan kepada anak. Seterusnya anak benar-benar menjadi anak yang solehah (baik) yang tidak pernah lupa untuk mendoakan kesejahteraan ibu bapa, mahu pun di dunia dan di akhirat.

Syamimi Syamilah (Yang berbau harum, lengkap)

Sebagai seorang anak perempuan, semoga ia pandai menjaga kehormatan diri. Harum dengan budi pekerti yang baik dan lemah lembut pada tingkah lakunya. Lengkap dirinya dengan ilmu-ilmu pengetahuan untuk mencari kedamaian dan kebahagiaan hidup.

Salma Shafiyyah (Yang damai/suci)

Anak yang diharapkan memberi kedamaian dan ketenangan dalam kehidupan kedua-dua ibu bapa. Pandai memelihara kesucian diri dan kelembutan sebagai seorang wanita. Semoga anak terpelihara dari segala perbuatan dan tindakan yang boleh menjatuhkan maruah diri.

Syahindah (Taqwa, warak, mulia)

Nama yang cukup indah. Semuanya terangkum dalam satu perkataan. Tiga dalam satu. Apa lagi yang diinginkan jika anak memiliki sifat dan peribadi ini. Hanya kesyukuran yang dipanjatkan kepada Tuhan yang menganugerahkan anak sebegini kepada kita. Tetapi sebelum itu, tentu ibu bapanya seorang yang soleh.

Tasnim Amani (Air terjun dalam syurga/ketenanganku)

Air sejuk yang mengalir untuk menghilangkan dahaga, merupakan suatu kesyukuran di atas nikmat Allah. Begitu jugalah dengan kurnian anak yang baik dapat menghiburkan hati ibu bapa dalam menghadapi dugaaan yang pelbagai di dunia yang serba mencabar ini.

Wafa Thahirah (Kesetiaan/yang suci)

Anak ini akan menjadi manusia yang setia dan taat kepada kedua ibu bapanya. Bila mendapat keredhaan ibu bapa akan memudahkan lagi dirinya untuk mendapat keredhaan Allah. Ia juga akan setia untuk melaksanakan perintah agamanya yang suci.

Wani Hazirah (Mutiara/pilihan yang terbaik)

Seorang anak dianggap sebagai mutiara yang paling berharga. Apalagi jika dididik menjadi insan yang berguna pada bangsa, agama dan negara. Justeru, anak dijadikan pilihan terbaik sebagai penyambung warisan kedua ibu bapanya.

Watin Wardah (Yang sempurna/sekuntum bunga mawar)

Anak yang memiliki nama ini diharapkan dapat menyempurnakan apa-apa jua yang menjadi harapan ibu bapa terhadap dirinya. Pandai menjaga maruah diri sebagai anak perempuan kepada ibu bapa. Namanya sesegar bunga mawar yang tidak akan layu sebelum sampai masa untuk dipetik. Bukannya mudah, ia suatu cabaran kepada ibu bapa masa kini.

Widad Kamilah (Kasih sayang/yang sempurna)

Lahirnya anak ke dunia ini, adalah lambang kasih sayang antara suami dan isteri. Anak menjadi pengikat kasih berpanjangan dan kesempurnaan dalam membina keluarga yang bahagia. Adanya nama ini di dalam keluarga, semoga terhindarlah daripada kehidupan yang kucar kacir kerana ketandusan kasih sayang.

Wafiy Munirah (Setia/yang cantik)

Anak perlu dididik untuk menjadi seorang yang setia. Mudah dan ingat apa yang diajarkan oleh guru-guru dan juga ibu bapa. Apatah lagi jika mudah mengamalkan segala nasihat yang diberikan. Hati menjadi tenang melihat anak yang begini. Semoga anak menjadi orang yang baik dan cantik budi pekertinya.

Yasmin Syamini (Keharuman yang tinggi/bunga melur)

Ibu bapa memang mengharapkan anak gadis yang pandai menjaga maruah diri. Maruah diri yang tidak mudah untuk ditukarkan dengan wang ringgit dan mengikut nafsu sahaja. Keharuman dirinya sentiasa dijaga agar sentiasa segar dalam jambangan. Tidak layu sebelum dipetik oleh tangan yang ingin memilikinya.

Zuhrah Musfirah (Keindahan/yang berseri)

Anak yang kelihatan tenang dan merendah diri. Pandai menyesuaikan diri dan tahu ke mana tujuan hidupnya. Tetapi memiliki keindahan pada wajah dan akhlaknya.